قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الْمَدِينَةَ كَحُبِّنَا مَكَّةَ أَوْ أَشَدَّ
(صحيح البخاري)
“Wahai Allah, jadikan kami mencintai Madinah, seperti kami mencintai
Makkah atau lebih dari mencintai Makkahi.” ( Shahih Al Bukhari )
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ
اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ
اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا
لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ
عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا
الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي هَذَا الشَّهْرِ اْلعَظِيْمِ وَفِي
الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ
بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ
وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur,
Yang Maha menyambungkan rantai keluhuran, kebahagian dan rahmat-Nya
sepanjang waktu dan zaman, dengan putaran roda kehidupan yang terus
berputar tiada berhenti, dan roda kehidupan itu terus bergulir dan
mendekat kepada kematian, bergerak dari waktu kelahiran dan akan
berhenti saat nafas yang terakhir dihembuskan, setiap putaran kehidupan
itu melewati kenikmatan dan kesedihan, kesedihan adalah sebagai sarana
untuk sabar, tabah dan bersyukur , sebagaimana dikatakan oleh sayyidina
Umar bin Khatthab RA dalam kitab Al Adab Al Mufrad oleh Al Imam Al
Bukhari : Aku bersyukur atas musibah karena 3 hal, yang pertama karena
musibah tidak datang pada aqidahku, padahal Allah Maha Mampu memberikan
musibah itu namun Allah tidak memberikannya. Kedua, Allah subhanahu
wata’ala mampu memberi musibah yang lebih besar namun Allah tidak
memberikannya. Ketiga, Allah jadikan setiap musibah sebagai penghapus
dosa. Jadi walaupun kita tidak senang dengan musibah ( tidak ada yang
senang dengan musibah, semua manusia menginginkan kenikmatan), namun
jika datang musibah hiburlah dengan mengingat bahwa Allah Maha Mampu
memberi musibah yang lebih besar dari itu dan ingatlah bahwa musibah
yang menimpamu sedang mengikis dosa-dosamu, yang mana jika dosa itu
tidak terkikis maka dosa itu akan membawa musibah yang lebih besar di
alam kubur dan di akhirat. Di saat kita dalam kenikmatan maka
perbanyaklah untuk bersyukur karena dengan bersyukur akan bertambah
kenikmatan yang lebih besar lagi, sebagaimana firman Allah subhanahu
wata’ala :
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
( إبراهيم : 7 )
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika
kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni’mat) kepadamu, dan jika
kamu mengingkari (ni’mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (
QS. Ibrahim : 7 )
Kenikmatan begitu banyak diantaranya berupa kenikmatan melihat,
mendengar, berbicara, dan lainnya dari segala bentuk kenikmatan, itulah
bentuk anugerah Ilahi yang tidak pernah berhenti diberikan kepada
hamba-hamba-Nya, kepada mereka yang baik, yang shalih, yang fasik, yang
dzalim, dan yang jahat tanpa terkecuali, namun tentunya berbeda
pandangan Allah terhadap hamba yang jahat dan yang baik . Berbeda di
sisi Allah antara hamba yang melewati hidupnya hanya untuk makan dan
minum saja atau hanya untuk hal keduniawian saja, dengan hamba yang
melewati hidupnya dengan penuh kerinduan kepada Allah, hamba yang
melewati hidupnya dengan indahnya majelis dzikir. Dan penuntun termulia
dari kesemua kemuliaan adalah sayyidiana Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam. Maka kita fahami bahwa tempat yang paling dicintai sayyidina
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah Madinah Al Munawwarah.
Tempat yang paling dimuliakan adalah Makkah Al Mukarramah namun tempat
yang paling dicintai nabi Muhammad adalah Madinah Al Munawwarah,
dalilnya adalah hadits yang tadi kita baca, beliau shallallahu ‘alaihi
wasallam berdoa :
اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الْمَدِينَةَ كَحُبِّنَا مَكَّةَ أَوْ أَشَدَّ
“Ya Allah, jadikanlah kami mencintai Madinah sebagaimana kecintaan kami terhadap Makkah atau lebih cinta lagi.”
Bahkan meminta leebih dari kecintaannya terhadap Makkah, maka hal ini
menunjukkan bahwa cinta sangat diizinkan oleh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bahkan dilantunkan dalam doa untuk mencintai Madinah Al
Munawwarah lebih dari Makkah Al Mukarramah, meskipun Makkah adalah
wilayah haram yang termulia namun yang tercinta adalah Madinah Al
Munawwarah. Hal ini juga terbukti dari doa sayyidina Umar bin Khatthab
RA dalam riwayat Shahih Al Bukhari :
اَللَّهُمَّ ارْزُقْنِي الشَّهَادَةَ فِي بَلَدِ نَبِيِّكَ
” Wahai Allah berilah aku mati syahid negeri Nabi-MU “
Mengapa sayyidina Umar tidak meminta agar wafat di Makkah? karena
sayyidina Umar ingin jasadnya berdampingan dengan jasad rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam demi cintanya kepada beliau shallallahu
‘alaihi wasallam.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Allah subhanahu wata’ala menjadikan medan Madinah Al Munawwarah sebagai
tempat berkumpul para sahabat dalam perjuangan dakwah Islam, yang disaat
itu meluas di Madinah hingga ke segala penjuru, sedangkan dakwah di
Makkah tidak meluas, padahal Madinah tidak memiliki kelebihan
dibandingkan Makkah yang termasuk kota para nabi dan rasul. Makkah
adalah kota nabi Ibrahim, nabi Isma’il, dan lainnya, sedangkan Madinah
tidak mempunyai sejarah para nabi, namun Madinah adalah kota para
pecinta sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam . Di saat
penduduk Makkah membenci dan mengusir nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam, maka wilayah-wilayah lainnya tidak mau menerima nabi Muhammad
dan para pengikutnya untuk datang kepada mereka, karena jika mereka
datang maka pasukan quraisy akan mneyerang mereka, namun kota Madinah
membuka pintu seluas-luasnya untuk sayyidina Muhammad dan para
pengikutnya. Diriwayatkan dalam Shahih Muslim, saat Fath Makkah ketika
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam masuk ke Makkah Al Mukarramah,
maka orang-orang Madinah bersedih dan menangis, dan tersebar ucapan
bahwa rasulullah telah pulang ke kampung halamannya, yaitu Makkah Al
Mukarramah. Maka rasulullah dikabari oleh Jibril AS akan hal ini, lalu
Rasulullah berkata :
كَلاَّ إِنِّي عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ هَاجَرْتُ إِلَى اللهِ وَإِلَيْكُمْ اَلْمَحْيَا مَحْيَاكُمْ وَالْمَمَاتُ مَمَاتُكُمْ
” Sungguh tidak, aku ini hamba Allah dan RasulNya, aku hijrah kepada
Allah dan kepada kalian hidupku bersama kalian, dan wafatku bersama
kalian “
Maka mereka pun memeluk nabi dan menangis karena haru dan gembira.
Kampung halaman rasulullah bukanlah tempat kelahirannya, namun kampung
halaman beliau adalah tempat para pecinta beliau shallallahu ‘alaihi
wasallam, semoga Jakarta menjadi kota pecinta sayyidina Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam, amin.
Diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari bahwa rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam sering melakukan ziarah di malam hari ke pemakaman
Baqi’ yang berdekatan dengan Masjid An Nabawy. Diatara para sahabat yang
dimakamkan disana adalah sayyidina Abbas bin Abdul Mutthalib Ra,
sayyidatuna Fathimah Az Zahra’ Ra, dan para sahabat besar lainnya dan
juga dimakamkan disana beberap syuhada’ Uhud.
Satu hal yang perlu kita ketahui bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam ketika wafat beliau meninggalkan 120.000 sahabat. Dijelaskan
oleh guru mulia kita Al Musnid Al Arif billah Al Habib Umar bin Muhammad
bin Salim bin Hafizh bahwa dari 120.000 sahabat rasulullah, hanya
10.000 sahabat yang dimakamkan di Madinah Al Munawwarah, maka kemana
110.000 sahabat yang lainnya?!. Mereka semua menyebar ke seluruh penjuru
barat dan timur untuk menegakkan syiar “Laa ilaaha illallah Muhammadun
Rasulullah”. Jelaslah bahwa perjuangan para hamba yang mencintai
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah ditentukan oleh Allah
dengan tinta emas, mereka menjadi pahlawan di seluruh penjuru barat dan
timur, kemana pun mereka pergi mereka menjadi pahlawan luhur karena
mereka membawa risalah nabawiyah yang diajarkan oleh sang nabi dari
Allah subhanahu wata’ala. Maka perbanyaklah doa yang telah diajarkan
oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan beliau pun berdoa
dengan doa ini :
اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الْمَدِينَةَ كَحُبِّنَا مَكَّةَ أَوْ أَشَدَّ
“Ya Allah, jadikanlah kami mencintai Madinah sebagaimana kecintaan kami terhadap Makkah atau lebih cinta lagi.”
Yang mana di Madinah Al Munawwarah terdapat makam rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam, dan tempat berjuangnya rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam dan tempat bersatunya kaum Muhajirin dan
kaum Anshar, yang dakwah mereka meluas hingga ke wilayah-wilayah lainnya
di berbagai penjuru, dan pusat dari perluasan dakwah itu adalah di
Madinah Al Munawwarah.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Saya tidak berpanjang lebar dalam menyampaikan tausiah, dan saya
menyampaikan salam dari guru mulia Al Musnid Al Allamah Al Habib Umar
bin Muhammad bin Salim bin Hafizh, kita bertemu di Dubai menuju Kairo,
lalu saya meneruskan ke Jeddah dan beliau melanjutkan ke Maroko. Dan
diantara wejangan yang banyak beliau sampaikan adalah agar kita semakin
mempersatukan diri dalam perjuangan dakwah dan kedamaian karena
negeri-negeri lain banyak yang dihantam dan berpecah belah karena kaum
muslimin terpecah belah. Jadi kita selalu berusaha untuk menyatukan
diri, meskipun berbeda pakaian, berbeda pendapat, berbeda partai
misalnya , berbeda pekerjaan atau yang lainnya maka jangan sampai semua
itu memecah belah persatuan ummat Islam. Kita berusah untuk menjadi
penyatu dalam perpecahan ini dan berjuang dalam aktifitas kita
masing-masing dengan pekerjaannya, sekolahnya dan lainnya, sedikit demi
sedikit kita membenahi umat ini karena dalam waktu dekat atau lambat
Indonesia akan menjadi negeri kebanggaan muslimin di seluruh dunia. Dan
diantara yang disampaikan beliau adalah bahwa beliau tidak bisa datang
ke Indonesia kecuali 1 tahun sekali saja. Jadi Multaqa Ulama’ di bulan
Rajab , mungkin wakil beliau yang akan datang. Dan ketika itu saya
sempat memperlihatkan trailer Maulid nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam di Monas bersama para ulama’ dan bapak presiden dan para
menteri, melebihi 2 juta muslimin muslimat yang datang dari segala
penjuru, dan kebetulan trailer itu ada di handphone disaat beliau
me)lihat trailer itu beliau mengucapkan : “Laa ilaaha illallah, Ad Dzikr
‘azhiim, Ad Dzikr ‘azhim, Ad Dzikr ‘Azhim ( sungguh dzikir itu agung”,
namun bukan berarti tidak perlu beraktifitas, tidak perlu bekerja atau
sekolah dan lainnya, namun kita tetap dalam aktifitas kita masing-masing
dan tidak lupa berdzikir untuk mempertenang hati dan hati tidak akan
tenang jika permasalahan tidak selesai, berarti dzikir itu menyelesaikan
masalah kita karena dengan dzikir tenanglah hati kita. Dan diantara hal
yang disampaikan oleh beliau adalah tugas yang diberikan kepada saya
dan teman-teman seperjuangan untuk lebih giat lagi agar mempercepat
munculnya kedamaian di wilayah dan bangsa kita. Beberapa hari yang lalu
kita mendengar musibah yang menimpa negeri yang paling maju dalam bidang
elektronik, dimana musibah itu menghabiskan 50 kota, dan setelah
kejadian ini secara logika alat-alat elektronik akan merosot, maka
pasaran produk dari Indonesia dan negeri-negeri berkembang yang
terhambat atau terinjak selama ini akan mulai meningkat. Matahari
kemakmuran akan segera muncul insyaallah. Kita berdoa dan bermunajat
kepada Allah subhanahu wata’ala semoga mempercepat kemakmuran di wilayah
kita dan mengabulkan seluruh hajat kita, dan menghapus dosa-dosa kita,
Ya Allah jangan sisakan seluruh wajah ini kecuali Kau pastikan semua
kami wafat dalam Husnul Khatimah, jika akan datang kepada kami musibah
maka singkirkan seluruhnya...
Tiada ulasan:
Catat Ulasan